Minggu, 19 Agustus 2012

and the story will be [1]

Pagi ini langit biru terlihat lebih biru. Awan yang berarak sepertinya juga terlihat sepi. Hari ini dia sedang berada dimana ya? Bertahun-tahun aku gak pernah lagi melihat wajahnya, bagaimana rupanya sekarang ya? Lebih dewasa, lebih tampan mungkin, hehehe..
Sebenarnya aku masih memiliki nomor ponselnya, jadi kapanpun aku mau aku bisa saja langsung menghubunginya tapi aku yakin kalau dia tidak tahu nomor ponselku. Sedih rasanya kalau ingat-ingat masa lalu bersama dia, agak sakit di hati.

Dia seseorang yang misterius buat aku. Seseorang yang membuat aku ingin sekali akrab dengannya. Aku iri melihat cewek lain yang bisa akrab dan tertawa bersamanya. Kita teman sekelas waktu SMA tapi aku merasa tidak pernah berteman dengannya. Dia satu-satunya orang yang tidak pernah memperlihatkan bahwa dia menyukaiku, mungkin karena dia memang tidak pernah suka aku.  Padahal saat SMA dulu hampir semua anak laki-laki menyukaiku. Bukannya aku sombong tapi itu memang terjadi. Dia satu-satunya yang bersikap cuek, jutek bahkan terkesan tidak menyukaiku. Rasanya sakit melihat tatapan sinisnya yang menghujam.  Pernah suatu waktu aku digosipkan dengan salah satu temannya, dia orang yang paling bersemangat mengompori teman-teman lain agar aku dan temannya itu dijadikan bahan tertawaan, ejekan, sorakan dll. Rasanya saat itu aku sedang di bully. Anehnya dia membuat temannya itu terkesan lebih buruk dari yang lainnya. Apa yang sebenarnya dia lakukan dan dia  pikirkan aku sama sekali tidak tahu menahu. Karena yang aku tahu adalah dia tidak menyukaiku, dia menjauhiku.

Satu hal yang aku suka, dia tidak pernah punya pacar disekolah. Setidaknya itu tidak membuat aku lebih sakit lagi. Bahkan sampai perpisahan kelulusan pun dia tak pernah berbicara serius dan baik-baik padaku. Padahal aku berharap di hari terakhir itu dia akan berlaku baik padaku. Namu n itu tidak terjadi.  Sampai pada akhirnya aku memulai kuliahku. 

Aku mulai bisa melupakannya. Hari-hari ku di kampus membuat aku lupa akan dirinya. Ditambah banyak teman dan tugas yang membebaskanku dari memikirkan dia. Aku bersikap cuek dan tak mau tahu apa yang terjadi padanya. Karena kupikir satu-satunya yang terbaik adalah aku melupakannya dan memulai dengan orang baru. Tapi kemudian itu menjadi mimpi buruk.

Di tahun kedua aku kuliah, dia mulai kembali hadir dalam kehidupanku. Dia menanyakan nomor ponselku kepada salah satu teman dekatku. Mungkin seharusnya saat itu aku menjaga diri agar tak terlalu melangkah sembarangan. Seharusnya aku lebih berhati-hati. Namun saat itu yang aku rasakan hanya betapa bahagianya aku. Dia masih mengingat aku. Setelah itu kami pun berhubungan lagi, bahkan kurasa lebih baik. Meskipun hanya lewat pesan singkat, namun aku merasakan betapa dia baik dan perhatian padaku. Dia bersikap agak manja padaku, dia menyemangati dan bercanda denganku. Tuhan.. betapa aku amat senang saat itu. Rasa suka aku bermekaran kembali. Aku menyukainya, aku menginginkannya. Dia sosok yang bisa kuajak diskusi, mengobrol  hal sepele sampai hal yang besar sekalipun. Dia cocok untukku. Itu yang selalu terbersit di pikiranku. Mulai saat itu aku mulai berprasangka, mungkinkah dia juga menyukaiku?