Pagi ini langit biru terlihat lebih
biru. Awan yang berarak sepertinya juga terlihat sepi. Hari ini dia sedang
berada dimana ya? Bertahun-tahun aku gak pernah lagi melihat wajahnya,
bagaimana rupanya sekarang ya? Lebih dewasa, lebih tampan mungkin, hehehe..
Sebenarnya aku masih memiliki nomor ponselnya, jadi
kapanpun aku mau aku bisa saja langsung menghubunginya tapi aku yakin kalau dia
tidak tahu nomor ponselku. Sedih rasanya kalau ingat-ingat masa lalu bersama
dia, agak sakit di hati.
Dia seseorang yang misterius buat aku. Seseorang
yang membuat aku ingin sekali akrab dengannya. Aku iri melihat cewek lain yang
bisa akrab dan tertawa bersamanya. Kita teman sekelas waktu SMA tapi aku merasa
tidak pernah berteman dengannya. Dia satu-satunya orang yang tidak pernah
memperlihatkan bahwa dia menyukaiku, mungkin karena dia memang tidak pernah
suka aku. Padahal saat SMA dulu hampir semua
anak laki-laki menyukaiku. Bukannya aku sombong tapi itu memang terjadi. Dia satu-satunya
yang bersikap cuek, jutek bahkan terkesan tidak menyukaiku. Rasanya sakit melihat
tatapan sinisnya yang menghujam. Pernah suatu waktu aku digosipkan dengan salah satu
temannya, dia orang yang paling bersemangat mengompori teman-teman lain agar
aku dan temannya itu dijadikan bahan tertawaan, ejekan, sorakan dll. Rasanya saat
itu aku sedang di bully. Anehnya dia
membuat temannya itu terkesan lebih buruk dari yang lainnya. Apa yang
sebenarnya dia lakukan dan dia pikirkan
aku sama sekali tidak tahu menahu. Karena yang aku tahu adalah dia tidak
menyukaiku, dia menjauhiku.
Satu hal yang aku suka, dia tidak pernah punya
pacar disekolah. Setidaknya itu tidak membuat aku lebih sakit lagi. Bahkan
sampai perpisahan kelulusan pun dia tak pernah berbicara serius dan baik-baik
padaku. Padahal aku berharap di hari terakhir itu dia akan berlaku baik padaku.
Namu n itu tidak terjadi. Sampai pada
akhirnya aku memulai kuliahku.
Aku mulai bisa melupakannya. Hari-hari ku di kampus
membuat aku lupa akan dirinya. Ditambah banyak teman dan tugas yang membebaskanku
dari memikirkan dia. Aku bersikap cuek dan tak mau tahu apa yang terjadi
padanya. Karena kupikir satu-satunya yang terbaik adalah aku melupakannya dan
memulai dengan orang baru. Tapi kemudian itu menjadi mimpi buruk.
Di tahun kedua aku kuliah, dia mulai kembali hadir
dalam kehidupanku. Dia menanyakan nomor ponselku kepada salah satu teman
dekatku. Mungkin seharusnya saat itu aku menjaga diri agar tak terlalu
melangkah sembarangan. Seharusnya aku lebih berhati-hati. Namun saat itu yang
aku rasakan hanya betapa bahagianya aku. Dia masih mengingat aku. Setelah itu
kami pun berhubungan lagi, bahkan kurasa lebih baik. Meskipun hanya lewat pesan
singkat, namun aku merasakan betapa dia baik dan perhatian padaku. Dia bersikap
agak manja padaku, dia menyemangati dan bercanda denganku. Tuhan.. betapa aku
amat senang saat itu. Rasa suka aku bermekaran kembali. Aku menyukainya, aku
menginginkannya. Dia sosok yang bisa kuajak diskusi, mengobrol hal sepele sampai hal yang besar sekalipun. Dia
cocok untukku. Itu yang selalu terbersit di pikiranku. Mulai saat itu aku mulai
berprasangka, mungkinkah dia juga menyukaiku?